Siapakah sebenarnya yang berpechah dari
Ahlus Sunnah wal Jamaah yang
di-maksudkan olih Hadis Nabi s.a.w.?___________________________________
Definisi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
Pengertian as-Sunnah Secara Bahasa
(Etimologi)
As-Sunnah secara bahasa berasal dari kata: "sanna
yasinnu", dan "yasunnu sannan", dan "masnuun"
yaitu yang disunnahkan. Sedang "sanna amr" artinya
menerangkan (menjelaskan) perkara.
As-Sunnah juga mempunyai arti "at-Thariqah"
(jalan/metode/pandangan hidup) dan "as-Sirah" (perilaku) yang terpuji
dan tercela. Seperti sabda Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam ,
"Sungguh kamu akan mengikuti perilaku
orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi
sehasta." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). (HR.
Al-Bukhari no 3456, 7320 dan Muslim no. 2669 dari Sahabat Abu Sa'id al-Khudri).
Lafazh "sunnah" maknanya
adalah "sirah" (perilaku). (Lihat kamus bahasa, Lisaanul
‘Arab, Mukhtaarush Shihaah dan al-Qaamuusul Muhith: (bab: Sannana).
Pengertian as-Sunnah Secara Istilah
(Terminologi)
Yaitu petunjuk yang telah ditempuh oleh
Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam dan para Sahabatnya baik berkenaan dengan
ilmu, ‘aqidah, perkataan, perbuatan maupun ketetapan.
As-Sunnah juga digunakan untuk menyebut
sunnah-sunnah (yang berhubungan dengan) ibadah dan ‘aqidah. Lawan kata "sunnah"
adalah "bid'ah".
Nabi shalallahu'alaihi wassalam bersabda, "Sesungguhnya
barang siapa yang hidup diantara kalian setelahkau, maka akan melihat
perselisihan yang banyak. Maka hendaknya kalian berpegang teguh pada Sunnahku
dan Sunnah para Khulafa-ur Rasyidin dimana mereka itu telah mendapat
hidayah." (Shahih Sunan Abi Dawud oleh Syaikh al-Albani). (HR.
Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud no. 4607, at-Tirmidzi no. 2676, dan al-Hakim
(I/95), dishahihkan dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat keternagan
hadits selengkapnya di dalam Irwaa-ul Ghaliil no. 2455 oleh Syaikh al-Albani.
Penulis: Inilah zamannya yang
dimaksudkan hadis nabi s.a.w. diatas bilamana umat sedang berpecah semakin
teruk dari kumpulan induk ahlus sunnah. Cuba baca arahan Nabi s.a.w. berkali
kali, kalau yang faham bahasa 'Arab boleh baca versi Bahasa 'Arab, lagi baik.
Ia berbunyi:
"Maka hendaknya
kalian berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah para Khulafa-ur Rasyidin dimana
mereka itu telah mendapat hidayah."
Penulis: Maka beranikah mereka yang beramal dengan "Doa awal/akhir tahun," yang mereka
tergolong dari yang berpegang teguh pada Sunnah Nabi dan Sunnah Khulafa-u Rashidin
yang mendapat hidayah? Kalau mereka jawab ia, berikanlah Hadisnya?
Pengertian Jama'ah Secara Bahasa
(Etimologi)
Jama'ah diambil dari kata "jama'a"
artinya mengumpulkan sesuatu, dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian
lain. Seperti kalimat "jama'tuhu" (saya telah mengumpulkannya); "fajtama'a"
(maka berkumpul).
Dan kata tersebut berasal dari kata "ijtima'"
(perkumpulan), ia lawan kata dari "tafarruq" (perceraian) dan
juga lawan kata dari "furqah" (perpecahan).
Jama'ah adalah sekelompok orang banyak; dan
dikatakan juga sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu tujuan.
Dan jama'ah juga berarti kaum yang
bersepakat dalam suatu masalah. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab,
Mukhtaraarush Shihaah dan al-Qaamuusul Muhiith: (bab: Jama'a).
Pengertian Jama'ah Secara Istilah
(Terminologi):
Yaitu kelompok kaum muslimin ini, dan
mereka adalah pendahulu ummat ini dari kalangan para sahabat, tabi'in dan
orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai hari kiamat; dimana
mereka berkumpul berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah dan mereka berjalan sesuai
dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam baik
secara lahir maupun bathin.
Allah Ta'ala telah memeringahkan kaum
Mukminin dan menganjurkan mereka agar berkumpul, bersatu dan tolong-menolong.
Dan Allah melarang mereka dari perpecahan, perselisihan dan permusuhan. Allah
SAW berfirman: "Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai." (Ali Imran: 103).
Dia berfirman pula, "Dan
janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka." (Ali Imran: 105).
Nabi shalallahu'alaihi wassalam bersabda, "Sesungguhnya
agama ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (golongan), tujuh puluh dua
tempatnya di dalam Neraka dan satu tempatnya di dalam Surga, yaitu ‘al-Jama'ah."
(Shahih Sunan Abi Dawud oleh Imam al-Albani). (HR. Abu Dawud no. 4597, Ahmat
(IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimi (II/241). Dishahihkan oleh al-Hakim dan
disepakati oleh Imam adz-Dzahabi dari Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Dishahihkan
pula oleh Syaikh al-Albani. Lihat Silsilatul Ahadadiitsish Shahiihah no.
203.204).
Beliau juga bersabda, "Hendaknya
kalian bersatu, dan janganlah bercerai-berai. Karena sesungguhnya syaitan itu
bersama seorang, dan dia dari dua orang lebih jauh. Barangsiapa menginginkan di
tengah-tengah Surga, maka hendaknya ia berjama'ah (bersatu)!" (HR
Ahmad, dalam Musnadnya, dan dishahihkan oleh Imam al-Albani dalam kitab Sunnah
karya Ibnu Abi ‘Ashim). (HR. At-Tirmidzi no. 2165, Ahmad (I/18), lafazh ini
milik at-Tirmidzi. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab as-Sunnah
karya Ibnu Abi ‘Ashim dan bersamanya kitab Zhilaalul Jannah fi Takhrij
as-Sunnah no. 88).
Seorang Sahabat yang mulia bernama ‘Abullah
bin Mas'ud radhiallahu'anha berkata, "Al-Jama'ah adalah yang
mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian." (Diriwayatkan oleh
al-Lalika-i dalam kitabnya, Syarah Ushul I'tiqaad Ahlis Sunnah walJama'ah).
(Syarah Ushuulil I'tiqaad karya al-Lalika-i no. 160 dan al-Baa'its ‘alaa
Inkaaril Bida' wal Hawaadits hal. 91-92, tahqiq oleh Syaikh Masyhur bin Hasan
Salman).
Jadi Ahlus Sunnah wal Jama'ah, adalah
mereka yang berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad shalallahu'alaihi
wassalam , para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jejak dan jalan mereka,
baik dalam hal ‘aqidah, perkataan maupun perbuatan, juga mereka yang istiqamah
(konsisten) dalam ber-ittiba' (mengikuti Sunnah Nabishalallahu'alaihi wassalam
) dan menjauhi perbuatan bid'ah. Mereka itulah golongan yang tetap menang dan
senantiasa ditolong oleh Allah sampai hari Kiamat. Oleh karena itu mengikuti
mereka (Salafush Shalih) berarti mendapatkan petunjuk, sedang berselisih
terhadapnya berarti kesesatan.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah mempunyai
karakteristik dan keistimewaan, diantaranya :
1. Mereka mempunyai sikap wasathiyah
(pertengahan) di antara ifraath (melampaui batas) dan tafriith
(menyia-nyiakan); dan di antara berlebihan dan sewenang-wenang, baik dalam
masalah ‘aqidah, hukum atau akhlak. Maka mereka
berada di pertengahan antara golongan-golongan lain, sebagaimana juga ummat ini
berada dipertengahan antara agama-agama yang ada.
2. Sumber pengambilan pedoman bagi mereka
hanyalah al-Qur-an dan as-Sunnah, Mereka pun memperhatikan keduanya dan
bersikap taslim (menyerah) terhadap nash-nashnya dan memahaminya sesuai dengan
manhaj Salaf.
3. Mereka tidak mempunyai iman yang
diagungkan, yang semua perkataannya diambil dari meninggalkan apa yang
bertentangan dengan kecuali perkataan Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam .
Dan Ahli Sunnah itulah yang paling mengerti dengan keadaan Rasulullah
shalallahu'alaihi wassalam perkataan dan perbuatannya. Oleh karena itu,
merekalah yang paling mencintai sunnah, yang paling peduli untuk mengikuti dan
paling lolal terhadap para pengikutnya.
4. Mereka meninggalkan persengketaan dan
pertengkaran dalam agama sekaligus menjauhi orang-orang yang terlibat di
dalamnnya, meninggalkan perdebatan dan pertengkaran dalam permasalahan tentang
halal dan haram. Mereka masuk ke dalam dien (Islam) secara total.
5. Mereka mengagungkan para Salafush Shalih
dan berkeyakinan bahwa metode Salaf itulah yang lebih selamat, paling dalam
pengetahuannya dan sangat bijaksana.
6. Mereka menolak ta'wil (penyelewengan
suatu nash dari makna yang sebenarnya) dan menyerahkan diri kepada syari'at, dengan
mendahulukan nash yang shahih daripada akl (logika) belaka dan menundukkan akal
di bawah nash.
7. Mereka memadukan antara nash-nash dalam
suatu permasalahan dan mengembalikan (ayat-ayat) yang mutasyabihat (ayat-ayat
yang mengandung beberapa pengertian/tidak jelas) kepada yang muhkam (ayat-ayat
yang jelas dan tegas maksudnya).
8. Mereka merupakan figur teladan
orang-orang yang shalih, memberikan petunjuk ke arah jalan yang benar dan
lurus, dengan kegigihan mereka di atas kebenaran, tidak membolak-balikkan
urusan ‘aqidah kemudian bersepakat atas penyimpangannya. Mereka memadukan
antara ilmu dan ibadah, antara tawakkal kepada Allah dan ikhtiar (berusaha),
antara berlebih-lebihan dan wara' dalam urusan dunia, antara cemas dan harap,
cinta dan benci, antara sikap kasih sayang dan lemah lembut kepada kaum
mukminin dengan sikap keras dan kasar kepada orang kafir, serta tidak ada
perselisihan diantara mereka walaupun di tempat dan zaman yang berbeda.
9. Mereka tidak menggunakan sebutan selain
Islam, Sunnah dan Jama'ah.
10. Mereka peduli untuk menyebarkan ‘aqidah
yang benar, agama yang lurus, mengajarkannya kepada manusia, memberkan
bimbingan dan nasehat kepadanya serta memperhatikan urusan mereka.
11. Mereka adalah orang-orang yang paling
sabar atas perkataan, ‘aqidah dan dakwahnya.
12. Mereka sangat peduli terhadap persatuan
dan jama'ah, menyeru dan menghimbau manusia kepadanya serta menjauhkan
perselisihan, perpecahan dan memberikan peringatan kepada manusia dari hal
tersebut.
13. Allah Ta'ala menjaga mereka dari sikap
saling mengkafirkan sesama mereka, kemudian mereka menghukumi orang selain
mereka berdasarkan ilmu dan keadilan.
14. Mereka saling mencintai dan mengasihi
sesama mereka, saling tolong menolong diantara mereka, saling menutupi
kekurangan sebagian lainnya. Mereka tidak loyal dan memusuhi kecuali atas dasar
agama.
Secara garis besarnya, ahlus sunnah wal
jama'ah adalah manusia yang paling baik akhlaknya, sangat peduli terhadap
kesucian jiwa mereka dengan berbuat ketaatan kepada Allah Ta'ala, paling luas
wawasannya, paling jauh pandangan, paling lapang dadanya dengan khilaf
(perbedaan pendapat) dan paling mengetahui tentang adab-adab dan
prinsip-prinsip khilaf.
Pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Secara
Ringkas
Bahwa Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah suatu
golongan yang telah Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam janjikan akan selamat
di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka bertumpu pada
ittiba'us sunnah (mengikuti as-Sunnah) dan menuruti apa yang dibawa oleh nabi
baik dalam masalah ‘aqidah, ibadah, petunjuk, tingkah laku, akhlak dan selalu
menyertai jama'ah kaum Muslimin.
Dengan demikian, maka definisi Ahlus Sunnah
wal Jama'ah tidak keluar dari definisi Salaf. Dan sebagaimana telah dikemukakan
bahwa salaf ialah mereka yang mengenalkan Al-Qur-an dan berpegang teguh dengan
As-Sunnah. Jadi Salaf adalah Ahlus Sunnah yang dimaksud oleh Nabi
shalallahu'alaihi wassalam. Dan ahlus sunnah adalah Salafush Shalih dan orang
yang mengikuti jejak mereka.
Inilah pengertian yang lebih khusus dari
Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Maka tidak termasuk dalam makna ini semua golongan
ahli bid'ah dan orang-orang yang mendikuti keinginan nafsunya, seperti
Khawarij, Jahmiyah, Qadariyah, Mu'tazilah, Murji'ah, Rafidhah (Syiah) dan
lain-lainnya dari ahli bid'ah yang meniru jalan mereka.
Maka sunnah adalah lawan kata bid'ah,
sedangkan jama'ah lawan kata firqah (gologan). Itulah yang dimaksudkan dalam
hadits-hadits tentang kewajiban berjama'ah dan larangan bercerai-berai.
Inilah yang dimaksudkan oleh
"Turjumanul Qur-an (juru bicara al-Qur-an)" yaitu ‘Abdullah bin
‘Abbas radhiallahu'anhu dalam menafsirkan firman Allah Ta'ala, "Pada
hari yang diwaktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula maka yang hitam
muram". (Ali Imran: 106).
Beliau berkata, "Muka yang putih
berseri adalah muka Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan muka yang hitam muram adalah
muka ahlil bid'ah dan furqah (perselisihan)." (Lihat Tafsir Ibnu
Katsir, Juz I hal. 390 (QS. Ali Imran: 106).
sumber: Diadaptasi dari Abdullah bin Abdul
Hamid Al-Atsari, Al-Wajiiz fii Aqiidatis Salafis Shaalih (Ahlis Sunnah wal
Jama'ah), atau Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama'ah), terj. Farid
bin Muhammad Bathathy(Pustaka Imam Syafi'i, cet.I), hlm. 50 -60.